Jakarta, Mei 2012. Presiden Venezuela seumur hidup, Hugo Chavez mengadakan kunjungan kenegaraan ke Jakarta untuk bertemu dengan Wakil Presiden Budiono. Pertemuan bilateral ini mau tak mau dipimpin oleh wakil presiden setelah keberadaan Presiden SBY tak diketahui. Ia dikabarkan mengurung diri dalam ruang rahasia, mencari inspirasi untuk album terbarunya agar digemari oleh manula hingga anak sekolah.
Menjelang kedatangan Chavez, demonstrasi merebak di seantero ibukota. Berbagai organisasi massa dari berbagai latar belakang turun ke jalan, dari mulai organisasi keagamaan yang anti pluralisme, organisasi kader partai agama yang disarukan sebagai lembaga mahasiswa, hingga para pemuda pengusung Pancasila. Mereka semua menganggap ideologi Chavez yang sosialis mentok itu bisa merongrong kewibawaan dasar negara yang selama ini sudah mereka rongrong duluan.
Spanduk-spanduk “Bahaya Laten Komunis” dan “Awas PKI Bangkit Lagi!” terpajang di berbagai jembatan penyeberangan. Rombongan massa berjubah putih dan kekuatan massa beraura jingga yang jelas bukan Jakmania bergandengan tangan mengelilingi Bundaran HI sambil menyerukan yel-yel anti-Venezuela. Beberapa dari mereka membakar bendera Kuning Biru Merah Venezuela dan berteriak-teriak di corong mikrofon bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa adalah doktrin yang terutama di negara ini. Organisasi-organisasi mahasiswa sayap kanan menggelar pemutaran serentak film Pengkhianatan G30S PKI di berbagai lembaga kebudayaan yang dulu mereka protes saat Q Film Festival.
Meski tekanan publik begitu gencar menolak kunjungan Chavez, pemerintah tetap bersikukuh untuk menyelenggarakan pertemuan tersebut. Pesan terakhir presiden SBY sebelum mengurung diri adalah “Jangan sampai citra Indonesia tercoreng di mata internasional. Tetap laksanakan, niscaya mentari akan bersinar dan kita pasti sampai di sana. PS: I love you, Boed”.
Karena bandara Soekarno-Hatta tidak beroperasi akibat pasokan listrik dari PLN yang diputus dan Chavez menolak memakai Bandara Halim Perdanakusuma yang sudah didarati oleh pesawat Air Force One yang kapitalis itu, terpaksa pesawat kepresidenan Venezuela mendarat di Pondok Cabe. Ketika ia menjejakkan kakinya di tanah Indonesia, Chavez seketika memuji bandara yang begitu bersahaja dan bernuansa kerakyatan itu.
Chavez menolak menginap di hotel berbintang dan ia pun tak sudi untuk tinggal di rumah Aburizal Bakrie meski sudah ditawari, ia lalu memilih Hotel Tulip, sebuah penginapan esek-esek di jalan Hang Lekir, dekat kampus Moestopo sebagai tempatnya bermalam. Selesai menaruh bagasinya di sana, Chavez ingin berkeliling Jakarta tapi ia menolak menggunakan mobil presidensial karena itu akan membuat sejajar dengan presiden Amerika Serikat. Maka ia mencetuskan ide brilian dengan menggabungkan kekhasan Amerika Selatan dengan kearifan lokal. Ia menaiki delman yang ditarik dengan Llama, khusus didatangkan dari pegunungan Andes. Bebas pajak tentu saja.
Malam harinya Chavez dijamu dalam makan malam kenegaraan bersama Wakil Presiden dan jajaran menteri. Secara khusus presiden Venezuela itu meminta disajikan menu makanan tradisional Indonesia sehingga ia bisa merasakan nikmatnya penganan lokal, tapi ia menolak makan bakso dan nasi goreng yang menjadi kegemaran Barack Obama. Ia lalu memakan siomay dan dimsum dengan alasan kedekatan ideologi politik.
Pada jamuan makan malam itulah terjadi sebuah insiden yang menghebohkan. Menteri Agama, Tifatul Sembiring (yang selamat dari reshuffle kabinet setelah meyakinkan presiden SBY bahwa fusi musik dan pantun dapat menghasilkan musikalisasi pantun dan akhirnya dipindah ke Departemen Agama), menolak berjabat tangan dengan Chavez. Presiden Venezuela itu memang telah menyatakan bahwa ia hanya akan menyalam orang dengan tangan kiri karena alasan politis. Saat Chavez mengulurkan tangan kirinya, Tifatul bersikeras menjulurkan tangan kanannya, juga karena alasan politis. Sempat terjadi ketegangan antara keduanya sebelum Andi Malarangeng datang dengan klentengan yang berbunyi ”klenteng-klenteng” untuk mengingatkan bahwa sudah waktunya makan.
Sudah tertera dalam jadwal Chavez bahwa esok paginya ia akan memberikan kuliah umum, tapi ia langsung ngambek saat mengetahui bahwa Universitas Indonesia yang sedianya menjadi tempatnya berbicara adalah tempat yang menghasilkan Mafia Berkeley di masa lampau. Ia tak tahu dengan pasti apa itu Mafia Berkeley, tapi sesuatu yang keAmerika-Amerikaan tentu tak akan bagus.
Walhasil rombongan Chavez pun memindahkan tempat kuliah umum ke Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), dekat tempatnya menginap. Publik memadati kampus Moestopo yang luasnya lebih kecil dari kantin universitas negeri itu dan berdesak-desakkan di gerbang masuk. Kebanyakan masyarakat yang hadir bahkan belum pernah mendengar nama Chavez, mereka hanya datang ke sana dengan semangat keindonesiaan yang gila keramaian.
Chavez memulai pidatonya dengan kalimat ”Saya prihatin….” yang segera disambut dengan sorak-sorai hadirin yang memang merindukan kalimat itu keluar dari mulut presiden mereka yang sudah 2 bulan cuti atas nama kesenian. Chavez lalu menyatakan betapa senang ia berada di Jakarta karena ia bisa dapat melihat ketimpangan ekonomi di beberapa daerah sembari menegaskan bahwa sosialisme adalah jalan keluar.
Lalu Chavez menegaskan bahwa ia sangat senang dengan aneka makanan di Indonesia dan ia sangat menyukai Sagu. Ia menyebut sagu sebagai makanan revolusi dan pernyataan tersebut memicu pemberontakan di Papua Barat. Kabar pemberontakan instan itu sampai ke telinga hadirin dan mereka yang hadir dalam kuliah umum tersebut sempat menahan napas saat Chavez dengan terbata menyebutkan, ”Mie Acchh.”. Ternyata yang dimaksud Chavez adalah mie Acheng di Mangga Besar, pernyataan yang melegakan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral serta komisaris Exxon Mobile.
Kuliah umum yang disiarkan oleh seluruh stasiun TV swasta itu berjalan tentram sampai ketika Chavez mulai mengeluarkan beberapa kata terlarang seperti ”nasionalisasi” dan ”pengembalian aset” yang membuat Presiden Sarah Palin mengirim Blackberry Message langsung dari Gedung Putih kepada Wapres Boediono. ”WTF Boed?! I thought we’re committed to each other…”, demikian bunyi pesan tersebut.
Setelah puas menyerang berbagai kebijakan Amerika Serikat (termasuk kebijakan rambut Sarah Palin), Chavez mengakhiri kuliah umumnya dengan tergesa-gesa usai dibisiki oleh asistennya bahwa hari itu klub sepakbola ibukota, Persija akan berlaga dan tidak ada yang bisa menjamin kelancaran jalan seputar Senayan yang bisa berakibat terlambatnya penerbangan presidensial.
Setibanya di Bandara Internasional Pondok Cabe, ia menyatakan akan kembali suatu hari nanti ke Indonesia sebelum berlari menaiki tangga pesawat karena kebelet pipis.
Ikut nambahin prediksi: di kuliah umumnya Chavez juga kembali menegaskan dugaannya bahwa rentetan bencana alam yang menimpa indonesia di satu dasawarsa terakhir itu adalah ulah Amerika Serikat yang memiliki senjata penyebab gempa bumi, sehingga Indonesia akan menjadi seperti Haiti, makin bergantung pada Amerika Serikat. Chavez juga melanjutkan argumentasinya dengan menyebutkan bahwa ketergantungan Indonesia pada AS tentu lebih menguntungkan daripada ketergantungan Haiti karena Indonesia selain kaya hasil tambang, juga memiliki presiden yang berbakat seni.
Cheers!
(Berita klaim Chavez tentang gempa Haiti sebagai ulah AS misalnya di http://goo.gl/vFO0 )
[…] This post was mentioned on Twitter by Andreas Fajar, Rorry Darza, Bimo Putranto, Taufik Hidayat , anto motulz and others. anto motulz said: HAHA!! segar! :)) @desyc @pangeransiahaan New blogpost! Satire pasca-Obamagasm, "Jika Hugo Chavez ke Jakarta 2012…."http://bit.ly/baSPcS […]
info yang menarik…
izin nyimak ya…
di tunggu kunjungan baliknya…
by auto loan refinancing
*numpang nyengir* 😀 😀 😀
Koploook! LOL. Thought he won’t like the idea of delivering speech at somewhat “Beragama” place like Universitas Persis Depan Meong (Banget).
Salam,
Keren gila!!! *two thumbs up 🙂
Jayusnya bikin lucu :))
satire yang elegan…mampu membangkitkan cacing2 di dalam perut saya – gravedigga ( editor Lampu Merah )
Million LOL
Funny and brilliant
Hotel Tulip, sebuah penginapan esek-esek di jalan Hang Lekir,
PS: I love you, Boed”.!, ”WTF Boed?! I thought we’re committed to each other…”
Brilliant!!
mas mostboy bisa saja ah, ahahaha keren maspang
minta ijin dimasukin ke POLITIKANA yach.sumber disebutin tentunya.trims
TAEEEEEE…. *ketawa guling2*
@cicak bin kadal
saya juga member politikana dan tadinya juga mau post di sana. Terima kasih sudah diposting 🙂
hahaha boleh jg nih pange, geblek
Ngguyu sikik dab…. Mantabz
cercei argint bijuterii argint
njrit kocak bgt :))
hehehe…mantaps bang…. 😀
http://www.thejampang.com
-kaosnya Jakarta-
Hotel tulip beneran tuh kayak gitu, padahal jadi salah satu pertimbangan buat nginep sekeluarga.? Boleh juga tuch ide kreatifnya, agak satir sich. Btw obama masih jadi presiden tuh di 2012. Yach nggak pa pa deh, namanya juga cerita Ke Fi. Bukan sci fi tapi keliru fiction ha ha
Cerdas, keren, menohok.. mau minta apa lagi?
LOL
aduh.. ini bacanya sampe ketawa guling-guling .. LOL
[…] Jakarta, Mei 2012. Presiden Venezuela seumur hidup, Hugo Chavez mengadakan kunjungan kenegaraan ke Jakarta untuk bertemu dengan Wakil Presiden Budiono. Pertemuan bilateral ini mau tak mau dipimpin oleh wakil presiden setelah keberadaan Presiden SBY tak diketahui. Ia dikabarkan mengurung diri dalam ruang rahasia, mencari inspirasi untuk album terbarunya agar digemari oleh manula hingga anak sekolah. Menjelang kedatangan Chavez, demonstrasi merebak … Read More […]
ndak lucu…dan maksa…
kill dem commie bastard… that’s include u, u should die…i gonna kill u with fire and magnet…!
HAHAHA udah 2 taun masih lucu aja